Tujuan
pelaporan net income
Tujuan utama pelaporan income, adalah untuk memberikan informasi kepada mereka yang
menaruh minat terhadap laporan keuangan. Salah satu dari tujuan dasar
megasumsikan bahwa yang paling bagi semua pemakai laporan adalah kebutuhan
untuk membedakan invested capital dan
income – perbedaan antara stock dan flows – sebagai bagian dari proses deskriptifnya akuntansi.
Tujuan-tujuan yang lebih khusus meliputi pemakaian income sebagai pengukuran efisiensi manajemen, pemakaian
angka-angka historical income untuk
membantu meramalkan masa depan perusahaan atau dividen diwaktu yang akan
datang, dan pemakaian income sebagai
pengukuran keberhasilan dan pedoman mengenai keputusan-keputusan manajerial
dimasa yang akan datang.
Konsep-konsep
income pada tingkat sintaktis
Menurut pendapat sintaktis, laba didefinisikan
sebagai selisih antara pendapatan dan beban-beban. Laba dianggap telah timbul
bila terjadi kenaikan nilai dari kekayaan bersih sebagai akibat adanya
transaksi. Terdapat dua pendekatan yang dipakai dalam mengukur income, yakni pendekatan transaksi
(transactions approach) dan pendekatan kegiatan (activities approach).
Menurut
pendekatan transaksi, laba telah
timbul pada saat terjadinya transaksi. Khususnya transaksi eksternal, yaitu
transaksi yang terjadi dan melibatkan pihak luar. Laba dapat timbul pada saat
terjadinya transaksi pertukaran/penjualan dan terjadinya pengakuan beban.
Berikut ini beberapa contoh transaksi eksternal yang dapat menimbulkan laba:
Cash
xxx
Sales
xxx
Account
Receivable xxx
Sales
xxx
Cost
of Goods Sold xxx
Mercahandise
inventory xxx
Beberapa keuntungan dari pendekatan
transaksi, yaitu: (1) komponen atau unsur-unsur net income dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara, misalnya
menurut jenis-jenis produk atau langganan, untuk memberikan informasi yang
lebih berguna bagi manajemen. (2) income yang
berasal dari berbagai sumber, dapat dilaporkan secara terpisah, apabila dapat
diukur. (3)
efisiensi perusahaan memerlukan pencatatan transaksi-transaksi ekstern bagi
keperluan-keperkuan lain.
Prosedur umum dalam pendekatan transaksi adalah mencatat revenue dan expenses pada saat terjadinya berdasarkan transaksi-transaksi
esktern. Masalah timing dan valuation memang dihadapi dalam
pencatatan setiap transaksi, namun masalah utama difokuskan kepada proper matching antara expenses denga revenue yang berkaitan dengan expenses
tersebut yang dilaporkan untuk suatu periode tertentu.
Pendekatan kegiatan (activities
approach) berbeda dari pendekatan transaksi karena pendekatan kegiatan
memusatkan perhatian kepada deskripsi daripada kegiatan perusahaan dan bukan
pada pelaporan transaksi. Income
dianggap timbul pada saat terjadinya kegiatan atau peristiwa tertentu dan bukan
sekedar pada saat terjadinya suatu transaksi. Misalnya, activity income dapat dicatat pada berbagai kegiatan seperti :
perencanaan, pembelian, produksi, proses penjualan dan mungkin juga pada proses
penagihan. Dalam penerapannya, pendekatan ini sebenarnya merupakan kelanjutan
dari pendekatan transaksi karena ia memulai dari transaksi sebagai dasar
pengukuran. Perbedaannya adalah pendekatan transaksi didasarkan pada kepada
proses pelaporan yang mengukur peristiwa ekstern, yaitu transaksi; sedangkan
pendekatan kegiatan didasarkan kepada konsep real-world mengenai kegiatan atau peristiwa dalam arti yang luas.
Namun demikian kedua pendekatan ini tidak mencerminkan kenyataan karena
kedua-duanya tergantung kepada hubungan-hubungan structural yang sama dan
kepada konsep-konsep yang tidak mempunyai real-world
counterpart.
Salah satu keuntungan yang diasumsikan dalam pendekatan
kegiatan adalah dimungkinkannya dipergunakan bermacam-macam konsep income untuk tujuan-tujuan yang berbeda.
Income yang timbul dari produksi dan
penjualan barang melibatkan jenis-jenis evaluasi dan prediksi yang berbeda dari
pembelian dan penjualan surat-surat berharga atau dari menahan suatu asset untuk mendapatkan capital gain. Efisiensi manajemen dapat
diukur dengan lebih baik apabila komponen atau unsur-unsur income diklasifikasikan sesuai dengan jenis-jenis kegiatan yang berbeda-beda
yang kurang atau lebih dapat dikendalikan oleh manajemen.
Konsep-konsep income pada tingkat semantic
Pengukuran akuntansi terhadap earnings harus mengakui gagasan ekonomi mengenai “betters-offness” tetapi harus diarahkan
khususnya kepada suksesnya perusahaan dalam menggunakan cash untuk menghasilkan maximum
cash. “better-offness” merupakan
konsep capital maintenance, sedangkan
usaha memaksimumkan cash merupakan
bentuk lain dari pada konsep profit maximization
atau pengukuran efisiensi.
Seorang ahli ekonomi yang bernama Irving Fisher
membedakan pengertian capital dari
pengertian income. Capital menurut Fisher adalah suatu stock of wealth pada suatu saat,
sedangkan income merupakan flow of services sepanjang waktu. Capital merupakan perwujudan dari future services sedangkan income adalah kenikmatan dari services ini selama suatu masa tertentu.
Perumpamaan tanki menara air maka capital
merupakan air yang berada dalam tanki, sedangkan income merupakan air yang mengalir keluar tanki sela suatu periode.
Suatu perusahaan tidak di dirikan untuk tujuan
kenikmatan. Tujuan perusahaan adalah memberikan flow of wealth bagi kepentingan pemegang saham atau beneficiaries-nya. Capital adalah stock of
wealth yang dapat memberikan future
service, sedangkan income dapat
dipandang sebagai flow of wealth atau
flow of services diatas jumlah yang
diperlukan untuk mempertahankan capaital
yang konstan (dari sinilah datang istilah capital
maintenance).
Perubahan-perubahan dalam capital dapat mempengaruhi arus uang kepada pemegang common stock dikemudian hari dan oleh
karenanya juga akan mempengaruhi equity-nya
pada saat-saat setelah perubahan tersebut terjadi. Selain itu, perubahan capital akan membawa pengaruh terhadap
perimbangan antara berbagai equity holders, misalnya hubungan (besarnya) equity pemegang common stock terhadap pemegang preferred
stock atau pemegang bonds.
Para pemegang common
stock bukan saja menaruh perhatian terhadap berapa yang bisa mereka peroleh
dari perusahaan dalam periode berikut; tetapi juga kepada perubahan-perubahan
dalam kemampuan perusahaan untuk memberikan arus uang dimasa depan. Pemegang
saham yang sekarang tidak hanya menaruh perhatian kepada perusahaan untuk
mempertahankan dividen, tetapi juga mengenai potensi-potensi pertumbuhannya.
Contoh penjualan saham dalam tahun-tahun pertama perusahaan kereta api di
Amerika Serikat. Para promotor penjualan saham pada waktu itu tidak segan-segan
membayar dividen yang besar. Para investor mengira bahwa dividen adalah hasil
daripada income yang sebenarnya, dan
karenanya mereka bersedia membayar harga saham yang tinggi. Belakangan mereka
baru menyadari bahwa dividen yang tinggi itu tidak lain daripada pengemabalian
atau penurunan capital yang juga
berarti penurunan terhadap kemampuan membayar dividen dikemudian hari.
Dengan pemisahan antara pemilikan dan pengendalian
perusahaan-perusahaan besar, akuntansi mempunyai tanggung jawab melaporkan stewardship daripada manajemen yang
diberi kepercayaan untuk menggunakan capital
yang ditanam. Pembedaan antara income
dan perubahan-perubahan capital
penting untuk menentukan apakah manajemen telah melaksanakan tugas yang
dipercayakan kepadanya oleh pemilik.
Konsep wealth
maintenance juga penting bagi pemberi utang jangka panjang maupun jangka pendek, dan para pemegang preferred stock yang berkepentingan
untuk megetahui apakah perusahaan dapat memenuhi kewajibannya pada suatu saat
dikemudian hari. Para kreditur tidak selamanya dapat dilindungi dari
kemungkinan rugi, namun apabila ada disclosure
yang cukup, mereka dapat menentukan sikap sebelum segala sesuatunya menjadi
terlambat.
Capital
didefinisikan dalam satuan uang pada saat ini (current monetary unit), dalam satuan-satuan fisik, dalam satuan
kapasitas produksi, atau dalam pengertian harapan-harapan dimasa yang akan
datang tentang arus uang bagi pemilik. Masalah-masalah yang dihadapi dalam
pengukuran capital dan income lebih besar lagi.
Konsep wealth
maintenance yang diterapkan pada pengertian income dapat dilihat pada pandangan Adam Smith: “income adalah jumlah yang dapat
dikonsumsi tanpa mengganggu capital”.
Hicks memperjelas gagasan ini dengan mengatakan bahwa: “income adalah jumlah yang dapat dikonsumsi seseorang dalam suatu
periode tanpa mempengaruhi keadaan orang tersebut pada akhir periode
dibandingkan dengan keadaannya pada awal tahun”. Apabila keadaan orang tersebut
pada akhir periode tidak berbeda dengan keadaannya pada awal periode, orang
tersebut disebut “as well off” pada
akhir tahun seperti pada awal tahun. Inilah konsep well offness atau better-offness yang dipinjam dari teori
ekonomi.
Kalau diterapkan pada akuntansi, harus mengukur keadaan
perusahaan pada awal dan akhir periode, kemudian bandingkan keadaan pada kedua
titik waktu. Apabila keadaan awal periode sama dengan pada akhir periode, ini
disebut “as well off”. Apabila
keadaan pada akhir periode lebih jelek daripada awal periode, perusahaan
tersebut “better off”. Apabila keadaan
pada akhir periode lebih jelek daripada awal periode, ini disebut “worse off”. Pengukuran keadaan pada awal
dan akhir periode dapat dilakukan dengan konsep-konsep yang berikut :
1.
Capitalization
2.
Market valuation
3.
Current cash equivalent konsep mempertahankan modal
4.
Historical input prices (capital maintenance)
5.
Current input prices
6.
Maintenance of constant
purchasing power
Dalam konsep capitalization,
net assets pada awal dan akhir
periode dihitung dengan cara mengapitalisasi semua arus kas dari perusahaan
kepada pemilik yang diharapkan dimasa-masa mendatang. Nilai yang dikapitalisasi
merupaka present value (nilai
sekarang) dari arus kas yang diharapkan dimasa-masa mendatang sepanjang umur
perusahaan. Jadi didalam perhitungan ada tiga factor yang harus ditaksir, yaitu
jumlah arus kas yang diharap akan dibayarkan setiap tahunnya, jumlah sisa umur
perusahaan dan tingkat discount yang
akan dipakai.
Kesimpulan daripada konsep ini adalah (1)Tingkat bunga
subjektif yang dikalikan dengan nilai kapitalisasi perusahaan. Bagian income
merupakan fungsi daripada waktu, tingkat bunga atau discount, dan taksiran mengenai arus kas dikemudian hari. Taksiran
mengenai arus kas dapat dipengaruhi oleh produksi dan penjualan sekarang,
maupun oleh produksi dan penjualan dimasa yang akan datang.
(2)Perubahan-perubahan dalam taksiran arus kas yang timbul dari perubahan
terhadap penilaian efisiensi manajemen atau harapan-harapan mengenai keadaan
ekonomi. Perubahan ini juga dapat diakibatkan oleh sikap pesimisme atau optimism.
(3) Perbedaan antara kas yang sebenarnya tersedia dengan yang ditaksir, dapat
terjadi karena adanya windfall
gains/losses yang diakibatkan oleh factor-faktor ekstern maupun kesalahan
perhitungan dalam membuat taksiran semula.
Kelemahan-kelemahan daripada konsep capitalization adalah (1) Harapan-harapan mengenai arus kas
dikemudian hari tidak dapat dikonversikan dalam nilai-nilai tunggal (single values) atau certainty equivalents tanpa mengetahui preferensi resiko dari
pemakai informasi; adjustment untuk
menampung resiko dalam penentuan tingkat diskonto yang subjektif (subjective discount rate) sebenarnya
keliru. (2) Penekanan diberikan kepada factor waktu dan arus kas yang
diharapkan dan mengabaikan semua peristiwa atau keadaan ekonomi lainnya. (3)
Pengukuran income tidak membedakan
apakah income merupakan hasil
tindakan-tindakan manajemen atau sekedar karena factor kebetulan; pengukuran
tidak memberikan informasi untuk menilai efisiensi manajemen. (4) Nilai
perusahaan ditentukan dengan menghitung present
value dari arus kas dikemudian hari sampai waktu yang tak terhingga,
padahal banyak dari arus kas tidak ada hubungannya dengan kegiatan sekarang
atau kegiatan masa yang lalu.
Market valuation, penggunaan data pasar (bursa saham). Dalam hal ini
nilai perusahaan pada awal dan akhir tahun merupakan perkalian jumlah saham
yang beredar dengan harga pasar pada awal dan akhir tahun.
Harga pasar mencerminkan keadaan permintaan dan penawaran
daripada saham dan tidak berarti bahwa semua saham yang beredar dapat dibeli
dengan harga tersebut. Jadi metode ini mempunyai kelemahan-kelemahan yang
banyak sekali serupa dengan kelemahan pada konsep capitalization, kecuali mengenai sifat verifiability dari harga saham. Tetapi verifiability sering tidak berarti apabila diingat bahwa harga
saham sebenarnya tidaklah bebas dari pengaruh-pengaruh ekstern dan
factor-faktor lain yang bisa berubah dengan tak terduga.
Current cash equivalent (CCE), didefinisikan
sebagai harga (pasar) jual atau realizable price dari assets yang dipunyai perusahaan. Dengan
menghitung net assets perusahaan pada
awal tahun berdasarkan CCE dan menguranginya dari net assets pada akhir tahun, juga berdasarkan CCE, dan dengan
memperhatikan capital transactions,
maka income untuk tahun yang bersangkutan
dapat dihitung.
Menjumlah CCE dari assets
perusahaan dipandang lebih objektif dan lebih verifiable dari perhitungan nilai kapitalisasi. Perhatian bahwa CCE
merupakan opportunity cost values.
Nilai kapitalisasi biasanya lebih besar daripada jumlah CCE; sebab kalau tidak,
perusahaan dalam posisi yang lebih baik apabila ia menjual assets-nya dipasar. Perbedaan antara nilai kapitalisasi dengan
jumlah CCE biasanya disebabkan karena tidak diperhitungkannya goodwill dan intangible assets lainnya. Perbedaan juga bisa terjadi karena
taksiran mengenai arus kas dikemudian hari dan tingakat discount yang dipakai (dalam metode capitalization) serta biaya tambahan yang terlibat dalam penjualan assets (dalam metode CCE).
Selain keuntungan dalam hal verifiability, metode CCE juga memungkinkan pemberian dasar bagi
penilaian mengenai alternatif-alternatif yang tersedia bagi manajemen. Tetapi
sama halnya dengan metode-metode sebelumnya, CCE tidak memberikan dasar yang
kuat bagi prediksi mengenai perubahan-perubahan dikemudian hari karena CCE
tidak men-disclose sifat dari
perubahan dimasa-masa yang lalu.
Kelemahan yang besar dari CCE adalah bahwa sering-sering
tidak ada pasar untuk kebanyakan assets
perusahaan. Untuk aktiva tetap dari
kebanyakan perusahaan, harga pasar yang ada, umumnya dalam arti harga likwidasi
atau penjualan yang terpaksa. Ini berarti bahwa income yang dihitung sebenarnya sama dengan income apabila perusahaan tersebut dilikwidasi pada akhir tahun dan
dalam tahun berikutnya perhitungan likwidasi diulang kembali.
CCE juga tidak dapat dipergunakan untuk menghitung income dari perusahaan-perusahaan yang
hasil usahanya tidak ditentukan oleh assets
yang dimiliki (assets dalam
pengertian akuntansi konvensional). Misalnya income dari kantor-kantor konsultan dan akuntan.
Historical input prices,
sering-sering dianggap bahwa konsep wealth
maintenance terwujud dalam pemakaian input
prices atau harga beli, baik yang merupakan historical cost maupun yang current
cost (dikurangi depreciation,
apabila perlu). Namun demikian, konsep input
price tidak mempunyai real-world
interpretation karena ketergantungannya pada alokasi depreciation dan concept of
realization. Hasil perhitungan income
didasarkan pada kaidah-kaidah structural dan bukan realitas. Historical input price sering-sering
dianggap sebagai capital maintenance
concept, yaitu dimana income
merupakan selisih antara penilaian awal dan akhir periode.
Apabila tidak ada perubahan-perubahan harga, maka capital yang benar-benar ditanamkan akan
dapat dipertahankan apabila assets
pada akhir periode (yang dinyatakan dengan input
prices atau cost) adalah sama
dengan assets pada awal tahun. Income tercermin dari naiknya nilai-nilai setelah
memperhitungkan capital transactions
dan pembayaran dividen. Income
terjadi karena konversi dan input prices
ke market values lewat proses
penjualan atau pertukaran. Cash dan receivables diterima dalam penukaran
dengan assets yang dinilai dengan cost. Oleh karena itu, assets values tertentu pada akhir maupun
pada awal tahun (monetary assets)
sebenarnya tercermin dengan market values
(dalam arti output prices).
Perhitungan income
dengan membandingkan net asset value
pada awal dan akhir periode akan menghasilkan konsep income yang all-inclusive, artinya tidak dapat
mengklasifikasikan income berdasarkan
sumber-sumbernya. Sebagian dari net
income terjadi sebagai akibat dari kegiatan operasi yang normal, sebagian
lain dari transaksi-transaksi istimewa dan capital
gains yang timbul dari perubahan nilai yang tidak diduga. Namun apabila assets dinyatakan dalam historical cost, sebenarnya hanya capital gains atau capital losses yang sudah direalisasi yang dapat dimasukkan.
Current input prices, apabila inputs dinyatakan dalam current values maka income akan meliputi capital
gains atau capital losses karena
perubahan harga, tanpa memperhatikan apakah gains
atau losses tersebut sudah atau
belum direalisasi lewat penjualan atau pertukaran. Ini berarti bahwa income juga meliputi gains atau losses karena menahan suatu assets
(oleh karena itu juga disebut holding
gains atau holding losses)
disamping normal operating profit.
Maintenance of constant purchasing power,
salah satu argumen dari para ahli ekonomi adalah bahwa income harus diukur berdasarkan keadaan nyatanya dan bukan dalam
arti mempertahankan nilai-nilai uang (maintaining
monetary values). Apabila terjadi perubahan-perubahan dalam tingkat
harga-harga umum maka pengukuran income
dalam bentuk satuan uang akan menghasilkan pengukuran yang tidak menunjukkan
perubahan dalam modal yang sebenarnya (real
capital).
Income sebagai pengukuran efisiensi
Operasi perusahaan yang
efisien akan mempengaruhi arus dividen masa kini maupun pemakaian modal yang
ditanam yang akan memberikan dividen dikemudian hari. Oleh karena itu para equity holders, khususnya pemegang saham
akan menaruh perhatian kepada efisiensi manajemen. Pemegang saham yang sekarang
ada, akan berusaha agar manajemen yang sekarang bekerja secara efisien,
misalnya dengan memberikan bonus untuk hasil kerja yang efisien, atau mencari
manajemen baru apabila manajemen lama tidak bekerja secara efisien. Calon
pemegang saham mencoba menilai efisiensi manajemen yang sekarang sebagai dasar
untuk membeli atau tidak menbeli saham. Maka dari itu pengukuran efisiensi
dijadikan dasar bagi pembuatan keputusan. Tujuan untuk mengukur efisiensi
perusahaan tercermin dalam Report of the
Study Group on the Objectives of Financial Statements. Laporan ini
menyatakan bahwa “suatu tujuan daripada ikhtisar keuanagan adalah memberikan
informasi yang diperlukan untuk menilai kemampuan manajemen dalam memanfaatkan
sumber-sumber perusahaan secara efektif dalam usaha mencari tujuan perusahaan
yang terutama”, dan “proses menghasilkan meliputi usaha yang diarahkan untuk
mencapai tujuan perusahaan yang terutama, yakni memberikan kas yang maksimum
kepada pemiliknya sepanjang jangka waktu tertentu”.
Salah satu interpretasi dari efisiensi adalah kemapuan mengahasilkan output secara maksimum, relative
terhadap sejumlah resources tertentu,
atau suatu output yang konstan dengan
pemakaian resourcesi yang minimum,
atau kombinasi dari resources secara
optimum untuk memenuhi permintaan tertentu dengan harga tertentu sehingga
menghasilkan masimum return bagi
pemilik perusahaan. Bagaimana pengukuran income
untuk masa yang lalu dapat dipakai sebagai dasar penentuan efisiensi
perusahaan? Efisiensi mempunyai arti relatif; berarti bahwa efisiensi hanya
mempunyai makna apabila dibandingkan dengan suatu dasar ideal ataupun
ukuran-ukuran lain. Efisiensi juga tergantung dari apakah tujuan perusahaan
memaksimumkan income atau memberikan return on investment yang layak. Apabila
capita employed tetap tidak berubah
dari waktu ke waktu maka income bisa
merupakan ukuran efisiensi perusahaan. Income
dari satu tahun dapat dibandingkan dengan income tahun-tahun sebelumnya, dan penilaian harus diberikan
mengenai apakah income dalam
tahun-tahun tersebut mencapai, melewati atau berada dibawah sasaran yang tepat.
Tetapi kalau capital employed berubah
dari satu tahun ke tahun berikutnya, income
juga harus dibandingkan denga suatu ukuran atau besarnya yang berubah,
misalnya invested capital atau total revenue.
Net income
dibagi dengan invested capital
disebut rate of return on investment.
Dapat dihitung dengan membagi net income
bagi pemegang saham dengan stockholder’
equity (disebut rate of return on
stockholders’investment); atau dengan membagi net income ditambah interest
(sesudah dikurangi pajak penghasilan) dengan total capitalization, yakni stockholders’equity
ditambah long tern debt (pembagian
akan menghasilkan rate of return on total
equity). Dengan kedua macam pengukuran ini dipandang bahwa pengukuran
efisiensi berdasarkan invested capital
atau capital employed dapat
dilakukan. Kriterium bagi efisiensi tergantung pada standar yang dipergunakan.
Apakah akan digunakan: rate of return tahun
yang lalu, rate of return yang
diterima perusahaan-perusahaan lain yang sejenis, rate yang arbitrer, atau rate
yang ditentukan oleh keadaan pasar? Dalam mengukur rate of return perlu diperhatikan bahwa validity dari perhitungannya bukan saja tergantung dari pengukuran income yang secara tepat, tetapi juga
kepada pengukuran capital employed
yang tepat.
Dasar lain yang dapat dipakai untuk membandingkan income adalah total revenue untuk periode yang bersangkutan. Meskipun total revenue dapat diukur secara lebih
teliti daripada capital invested,
tapi penggunaan total revenue
mempunyai beberapa kelemahan. Perbandingan net
income terhadap sales untuk
beberapa tahun hanyalah valid apabila
pemakaian kapasitas dalam setiap tahun itu sama atau apabila kapasitas yang
tidak terpakai dianggap sebagai ketidakefisienan manajemen.
Konsep-konsep income pada tingkat behavioral
Konsep-konsep perilaku (behavioral) mengenai income membicarakan proses pengambilan
keputusan oleh para investor da kreditur, reaksi pasar saham-saham terhadap
pelaporan income yang tercermin dalam harga saham-saham, dan reaksi umpan balik
dari manajemen dan akuntan. Harus diingat bahwa semua teori dalam jangka
panjang harus mempunyai makna interpretatif. Apabila pelaporan income
didasarkan kepada suatu fiksi, teori-teori perilaku tidak dapat membuktikan
pentingnya angka income dalam jangka panjang.
Income sebagai Alat Peramal
Study Group on the
Objective of Financial Statements menyatakan bahwa : “suatu tujuan daripada
ikhtisar keuangan adalah pemberian informasi yang factual dan dapat
diinterpretasikan mengenai transaksi dan kejadian lainnya yang penting untuk
prediksi, pembandingan dan penilaian mengenai kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba”.
Current value
dari suatu perusahaan dan niai saham-sahamnya tergantung pada arus kas
dikemudian hari bagi pemegang saham. Berdasarkan harapan-harapan ini seorang
pemegang saham dapat memutuskan untuk menjual saham-sahamnya atau terus
mempertahankan saham-saham tersebut. Seseorang yang pada saat ini belum
merupakan pemegang saham dapat memutuskan untuk membeli saham-saham perusahaan
tersebut atau menanamkan uangnya dalam bentuk investasi yang lain. Oleh karena
itu harapan-harapan mengenai arus kas dikemudian hari sangatlah penting bagi
pembuat keputusan mengenai investasi. Apabila ada hubungan antara income yang dilaporkan dengan pembagian
dividen, para investor dapat memusatkan perhatian mereka kepada harapan mengenai
income dikemudian hari. Untuk
kebanyakan perusahaan, peramalan income
bagi peramalan harga saham dikemudian hari lebih relevan daripada bagi
peramalan dividen dalam jangka pendek; pembagian dividen dalam jangka panjang
diasumsikan merupakan factor utama dalam meramalkan pembagian dividen
dikemudian hari dan harapan mengenai pembagian dividen merupakan factor yang
penting bagi penentuan current value
daripada saham atau perusahaan secara keseluruhan.
Pemegang obligasi dan
kreditur jangka pendek juga mempunyai kepentingan terhadap income dimasa yang akan datang. Makin besar harapan mengenai income perusahaan, makin besar pula
harapan para kreditur untuk menerima imbalan (bunga) dan pembayaran kembali
hutang-hutnag pada saat jatuh tempo.
Pertanyaannya adalah : apakah pengetahuan mengenai income dimasa lalu dapat membantu
meramalkan income dikemudian hari dan
dapat juga membantu menilai current value
dari perusahaan?. Dalam suatu pengkajian, Werner Frank menyimpulkan bahwa accounting income untuk masa yang lalu
lebih memberikan kemampuan untuk meramalkan accounting
income dimasa yang akan datang dibandingkan dengan kemampuan income yang
dihitung atas dasar current cost (dan
bukan historical cost). Namun
demikian ia menyarankan bahwa kedua konsep income, baik yang didasarkan kepada
historical cost maupun current cost, dapat berguna untuk meramalkan income
dimasa yang akan datang berdasarkan historical
cost dan current cost. Proyeksi ini mengasumsikan bahwa income dimasa yang akan datang merupakan
pengganti (surrogates) daripada suatu konsep income yang mempunyai makna dalam
dunia yang nyata atau diasumsikan bahwa konsep income yang dipakai untuk
proyeksi atau peramalan penting bagi pengambilan keputusan.
Banyak investor percaya bahwa peramalan income dikemudian
hari itu penting bagi penilaian saham dalam keputusan jual beli, maka banyak
penulis beranggapan bahwa mestinya ada validity
didalam menyajikan income untuk memungkinkan pengkajian income dimasa yang akan
datang.
Smoothing of income
tercermin dalam kebiasaan perusahaan untuk membuat cadangan-cadangan yang besar
pada waktu perusahaan mempunyai keuntungan yang besar, dan dengan demikian
menekan laba pada waktu-waktu itu sedemikian rupa sehingga laba itu kurang
lebih sama dengan angka-angka laba dikemudian hari pada waktu keuntungan
perusahaan tidak terlalu besar. Smoothing
of income lebih sering menyembunyikan informasi daripada men-disclose-nya.
Informasi mengenai turun naiknya kegiatan dari tahun ke tahun justru penting
dalam mengevaluasi resiko, dan karenanya ia juga penting bagi proses
pengambilan keputusan.
Description: Konsep Income Dalam Pelaporan Informasi Keuangan (Teori Akuntansi)
Rating: 4.5
Reviewer: Unknown -
ItemReviewed: Konsep Income Dalam Pelaporan Informasi Keuangan (Teori Akuntansi)
0 comments:
Post a Comment