Pengukuran
diartikan sebagai pemberian nilai-nilai numerikal kepada objek-objek dan
peristiwa-peristiwa tertentu untuk menunjukkan atribut-atribut tertentu.
Penilaian assets adalah proses
pengukuran atribut-atribut keuangan (masa lalu, masa kini, dan masa mendatang)
dari pada assets atau kumpulan assets.
Neraca atau balance sheet, sering
juga disebut sebagai a statement of financial position
atau ikhtisar keadaan keuangan. Penyebutan ini mengandung arti bahwa neraca
merupakan suatu daftar dari sumber-sumber atau resources dan kewajiban-kewajiban atau commitments.
Salah satu tujuan pelaporan keuangan
adalah menyajikan informasi yang memungkinkan para investor dan kreditur membuat
prediksi mereka sendiri tentang arus kas perusahaan di kemudian hari. Dengan
demikian pengukuran-pengukuran assets harus
dievaluasi atas dasar ciri-ciri prilaku mereka disamping kadar interpretatifnya
dan kemampuan pengukuran-pengukura dalam menjadi bagian dari struktur pelaporan
yang logis.
Sifat assets
Assets
sering diartikan sebagai biaya-biaya yang belum dialokasikan (unallocated costs) atau jumlah-jumlah
yang dibawa ke periode-periode yang akan dating.
APB Statement No.4, mendefinisikan assets sebagai sumber-sumber ekonomi (economic resources) dari suatu
perusahaan yang diukur dan diakui sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim
diterima (generally accepted accounting
principles) termasuk deferred charges
tertentu yang bukan merupakan resources.
Ciri-ciri assets adalah :
1.
Harus ada hak tertentu atas
manfaat-manfaat dikemudian hari atau potensi-potensi jasa di kemudian hari. Hak
dan jasa yang telah habis tidak dapat dimasukkan, hak-hak ini haruslah
merupakan manfaat yang positif, apabila mempunyai manfaat nihil/negative maka
hak ini tidak dapat dikatakan sebagai assets.
Cth : gedung yang tidak dapat pakai lagi dan biaya untuk menyingkirnya adalah
sama dengan nilai residu-nya, bukanlah assets.
2. Hak
ini harus menjadi milik orang atau perusahaan tertentu.
3.
Harus ada suatu klaim yang dapat
dipaksakan berdasarkan kekuatan hokum. Cth: jasa-jasa yang dapat diambil oleh
seseorang, atau suatu perusahaan, bukanlah assets.
Tujuan pengukuran assets
Karena penilaian
ini penting dalam proses akuntansi, maka tujuan-tujuan dari pada penilaian ini
sama dengan tujuan-tujuan akuntansi.
Penilaian assets bagi pengukuran income
Accounting income dapat dievaluasi
dari ketiga tingkat teori, yakni : bentuk structural atau sintaktis, bentuk
semantic atau interpretative, bentuk behavioral atau pragmatis. Dalam bentuk
tradisional structural, penilaian assets merupakan suatu langkah denga proses matching. Dalam bentuk yang kedua,
interpretasimengenai income menggunakan konsep capital maintenance. Konsep capital
maintenance ini mensyaratkan penilaian assets
sedemikian rupa sehingga income dapat dihitung berdasarkan kenaikan assets dalam suatu periode. Dari segi
behavioral, penilaian harus memungkinkan perhitungan income yang berguna untuk
prediksi atau sebagai masukan langsung dala investment
decision models.
Penilaian sebagai suatu langkah
dalam proses matching. Dalam
penilaian yang konvensional, monetary
assets dinilai berdasarkan net
realizable values sedangkan non-monetary assets dinilai berdasarkan
nilai masukan atau input-values
sampai non-monetary assets ini
dialokasikan menjadi biaya dan di-match
dengan revenue dari produk yang
bersangkutan atau kepada periode yang bersangkutan. Maka tujuan
penilaian non-monetary assets
adalah untuk memperoleh dasar bagi perhitungan gross operating margin dan income
dari semua transaksi. Jadi income disini merupakan selisih antara
seluruh revenue dengan nilai masuk
atau input value dari semua expense yang berkaitan dengan revenue
tersebut/expense yang berkaitan
dengan periode tersebut.
Income
merupakan hasil dari pada perbandingan antara biaya yang dinilai dengan historical cost dan revenue yang
bersangkutan. Dengan adanya perubahan-perubahan nilai satuan uang pengukuran income akan lebih baik apabila historical costs dinilai kembali dalam
satuan uang yang mempunyai daya beli yang sama seperti current (arus) revenue.
Pemisahan antara income dari holding gains (memegang keuntungan) atau holding loss juga dapat dilakukan dengan
nilai masuk berdasarkan current
replacement costs.
Kelemahan dari proses matching adalah karena banyak kegiatan
perusahaan tidak memungkinkan matching secara
teliti. Dalam kebanyakan kasus, alokasi daripada penilaian assets baik ke produk maupun ke expense dilakukan secara arbitrer (pengambilan keputusan oleh
duabelah pihak).
Konsep-konsep penilaian
Yang relevan dalam akuntansi adalah
nilai-nilai pertukaran (exchange values)
yaitu nilai-nilai yang berlaku dipasar, karena adanya transaksi jual beli. Conversion values adalah nilai-nilai
yang terbentuk karena factor-faktor produksi.
Konsep-konsep
penilaian atau valuation concepts
yang diterapkan untuk penilaian assets adalah:
1.
Exchange output values / nilai keluar
adalah jumlah kas atau nilai lain yang diterima untuk assets atas jasa atau
penjualan
a.
Discounted future cash receipt
(mendiskonto penerima kas masa depan).
Cash
akan mencerminkan current value.
Tetapi apabila suatu assets merupakan
penundaan cash, maka untuk mengukur nilai sekarang (present value) maka kas yang akan diterima di kemudian hari (future cash receipts) harus
didiskontokan. Misalkan suatu piutang Rp. 1.000.000,- baru akan diterima 3 tahun
kemudian. Apabila factor diskontonya 10% /tahun, maka nilai sekarang dari
penerimaan tersebut adalah :
Nilai
sekarang dari assets merupakan
pendiskontoan dari nilai jasa-jasa yang akan datang, oleh karena itu metode ini
juga disebut discounted service
potentials.
Kelemahnnya
: (1) arus kas sangat subjektif sifatnya dan sukar. (2) sulit menentukan
tingkat diskonto yang tepat. (3) jumlah dari present value masing-masing assets
tidaklah sama dengan nilai perusahaa.
b.
Current output prices
Apabila
produk perusahaan diperdagangkan dalam suatu pasar yang teratur maka harga
pasar pada saat ini (current market price)
merupakan taksiran yang cukup layak mengenai harga pasar di kemudian hari dalam
waktu yang tidak terlalu lama. Maka current
output prices merupakan suatu subtitusi yang dekat sekali untuk discounted expected cash receipts value
daripada inventory yang sudah siap
untuk dijual. Namun apabila produk belum dijual dalam waktu dekat, maka current output price baiknya
didiskontokan atau dihitung net present
value-nya.
Apabila
ada tambahan biaya-biaya baik untuk produksi maupun penjualan yang harus
dikeluarkan, maka current output prices
harus dikurangi dengan biaya-biaya ini untuk mendapatkan approximation daripada current
value.
Current output price disebut juga current exit price, mempunyai
kelemahan-kelemahan apabila dipergunakan sebagai konsep penilaian secara umum
untuk semua assets, diantaranya : (1) hanya berlaku bagi assets yang untuk
dijual seperti inventory, aktiva
tetap yang sudah tidak dipakai. (2) banyak assets
hanyalah akan menjadi harga dimasa mendatang dengan asumsi ceteris paribus.
c.
Current cash equivalents
Oleh
Chambers sebagai konsep pengukuran tunggal bagi semua assets. Current cash
equivalents adalah harga-harga assets
pada saat benar-benar dapat diwujudkan melalui penjualan yang normal (penjualan
yang tidak dipaksa seperti dalam kebangkrutan perusahaan) dan lazimnya dapat
diketahui dari catatan harga pasar untuk barang yang sejenis.
Konsep
ini sifatnya non-additive, dimana
jumlah current cash equivalents dari
beberapa assets yang diukur secara
terpisah-pisah tidaklah sama dengan current
cash equivalents yang secara berkelompok.
d.
Liquidation
values
Sama
dengan konsep current output prices dan
current cash equivalents. Bedanya
pada bahwa konsep liquidation values
menggunakan harga-harga penjualan dalam keadaan perusahaan likwiditas. Dalam
konsep ini harga-harga berada dibawah harga jual yang normal. Konsep ini hanya
diterapkan dalam dua keadaan yaitu : (1) apabila assets yang bersangkutan telah
hilang kegunaannya, (2) apabila menghentikan usaha dalam waktu dekat sehingga
penjualan yang normal tidak dapat dilakukan.
2. Exchange input values / nilai
masuk adalah jumlah nilai kas yang keluar untuk membeli perlengkapan aktiva
perusahaan.
Input values ini dapat dinyatakan
dalam harga historis yang sebenarnya (actual
historical cost), harga sekarang (current
cost), harga masa depan (future cost),
atau harga yang diperhitungkan (imputed
costs) berdasarkan expected output
values.
a. Historical
costs konsep yang lazim digunakan dalam akuntansi. Assets biasanya dicatat dengan harga
pembelian semula. Harga historis ini kemudian digunakan dalam penyajian ikhtisar
keuangan. Maka historical costs merupakan harga pertukaran barang dan jasa
pada saat perolehan.
Apabila
dalam pertukaran suatu assets diperoleh
melalui pemberian non-monetary assets,
maka nilai tukarnya ditentukan oleh current
value dari assets yang diberikan.
Historical costs mempunyai
keuntungan dalam konsep penilaian non-monetary
assets. Keuntungan yang terutama adalah sifatnya yang verifiable. Costs merupakan
harga yang disepakati oleh pembeli dan penjual dalam suatu pasar yang bebas.
Perusahaan seharusnya dapat membeli assets
dan jasa dengan harga yang lebih rendah pada penjual yang lain.
Kelemahannya
adalah karena nilai assets bagi
perusahaan dapat berubah-ubah dari waktu ke waktu. Setelah suatu periode yang
cukup panjang historical costs mungkin
akan kehilangan maknanya sebagai ukuran daripada kwantitas resources yang tersedia bagi perusahaan.
b. Current input costs
merupakan harga pertukaran yang harus dikeluarkan hari ini untuk memperoleh assets yang sama. Apabila suatu pasar
yang baik memang ada (dimana assets yang
sama dapat dibeli dan dijual) maka harga tukar dapat diperoleh dan dihubungkan
dengan assets yang dimiliki. Harga
ini merupakan nilai maksimum bagi perusahaan kecuali jika net realizable value lebih besar.
Keunggulannya
: (1)current costs merupakan jumlah
yang harus dibayar oleh perusahaan untuk mendapatkan assets. (2)matching ini memungkinkan pemisahan antara holding gains atau holding losses dari pengakuan l/r operasional.
Kelemahannya
: (1)konsep ini kehilangan objektifitas.
c. Discounted future costs,
konsep ini relevan dalam pembuatan keputusan untuk membeli jasa-jasa dalam
bentuk suatu himpunan sekarang atau dalam jumlah yang kecil-kecil pada saat
dibutuhkan.
d. Standard costs
merupakan suatu penilaian berdasarkan biaya apa yang seharusnya dikeluarkan
dalam keadaan produksi pada tingkat efisiensi dan kapasitas tertentu. Penilaian
atas dasar standard costs merupakan
konsep penilaian input yang
didasarkan atas harga pertukaran yang tepat untuk barang-barang dan jasa-jasa
dalam jumlah yang tepat.
Biaya-biaya
yang tidak efisien diabaikan. Biaya yang tidak efisien dan kapasitas yang
menganggur merupakan losses bagi
perusahaan dalam masa yang lalu atau masa sekarang. Losses jangan dibawa ke periode yang akan datang, karena losses tidak akan menghasilkan arus kas
di kemudian hari.
Suatu
produk yang dihasilkan secara efisien tidak harus bernilai lebih rendah apabila
ia dihsilkan dengan metode yang kurang efisien. Nilai suatu produk tergantung
pada future service potential-nya
atau harga jual yang diharapkan, dan bukan kepada berapa besar biaya yang telah
dikeluarkan atau seharusnya dikeluarkan.
Tepat
atau tidaknya konsep standard costs
sebagai ukuran mengenai nilai tukar masukan atau input exchange values
tergantung dari jenis standard cost yang
digunakan. Standar yang ideal mungkin
berguna bagi bagi tujuan-tujuan manajerial, akan tetapi standard cost ini mempunyai kecendrungan menurunkan (understate) nilai assets karena biaya-biaya normal yang berkaitan dengan inefisiensi
dan kapasitas menganggur. Standar-standar yang memperhitungkan inefisiensi yang
normal akan lebih tepat bagi penilaian assets.
e. Absortion costing dan direct
costing
Absortion costing kalau menggunakan
konsep biaya masukan total, maka semua biaya yang diperlukan dalam produksi
harus dimasukkan dalam penilaian assets
yang diproduksi (input cost yang
tidak dapat dihindari dan harus timbul dalam proses produksi mesti
diperhitungkan dalam penilaian assets yang
diproduksi). Konsep absortion costing merupakan
konsep yang tepat baik ditinjau dari segi service
potential maupun matching.
Dari
segi service potential, semua biaya
dianggap membawa manfaat bagi perusahaan karena dapat dikonversikan menjadi
uang melalui proses penjualan dan pengihan yakni proses usaha yang normal.
kalau dari segi matching full costing
memungkinkan dibawanya biaya-biaya ke periode yang akan datang untuk di-match dengan revenue.
Direct costing lebih tepat
disebut sebagai variable costing atau
marginal costing, hanya memperhitungkan variable costing untuk menilai assets yang diproduksi. Keuntungan utama
dari direct costing adalah memberikan
informasi kepada manajemen untuk membuat keputusan dan bagi pengendalian biaya.
Menurut
definisi, variable costing adalah
biaya-biaya yang berubah-ubah tergantung dari jumlah produksi atau penjualan,
biaya-biaya ini tidak akan terjadi apabila output
atau penjualan pada titiknihil. Biaya-biaya dikeluarkan dengan harapan akan
dapat diperolehnya manfaat-manfaat sekarang maupun dikemudian hari, baik dalam
peningkatan revenue maupun penurunan
costs di kemudian hari. Apabila biaya-biaya ini timbul dari inefficiency atau dari kekeliruan menaksir
manfaat-manfaat dimasa mendatang, barulah biaya-biaya ini dibebankan
kerugi-laba pada waktu di-accrue, dan
tidak dimasukkan sebagai biaya dari suatu produk.
Ada
3 alasan mengapa variable costing untuk
tujuan pelaporan ekstern dianggap lebih unggul: (1)net income dianggap lebih mempunyai makna apabila inventories dihitung atas dasar variable costs apabila produksi tidak
sama dengan jumlah penjualan dalam setiap periode, (2)variable costing menghilangkan kemampuan manajemen untuk
mempengaruhi atau bahkan menyesatkan pelaporan net income melalui kebijakan produksi, (3)dalam hal tertentu, jika
terjadi kapasitas yang menganggur, fixed
costs tidak membawa manfaat untuk periode yang akan datang.
3.
Lower of cost or market dikenal
juga sebagai cost or market whichever is
lower(comwil) merupakan campuran dari konsep penilaian masuk dan penilaian
keluar.
Konsep ini dikenal dalam
akuntansi pada abad XIX. Pada awalnya konsep ini dianut dalam hubungan dengan
penekana yang diberikan kepada neraca sebagai laporan bagi para kreditur. Tanpa
laporan yang dapat dipercaya (karena pada waktu itu perusahaan masih sangat
tertutup dan informasi akuntansi marupakan rahasia yang sangat besar) para
kreditur memberikan penekanan kepada nilai assets
yang paling rendah. Oleh karena itu pandangan yang konservatif dianggap sebagai
sikap yang paling aman dalam penilaian pos-pos neraca.
Dengan bergesernya penekanan
kepada ikhtisar l/r, maka konsep comwil ini
mendapatkan makna besar. Akibat dianutnya comwil
maka income juga dinyatakan secara
konservatif. Dengan diturunkannya penilaian assets
pada akhir periode maka net income
juga menjadi rendah. Disini semua kemungkinan kerugian langsung diperhitungkan
dalam penentuan net income, tetapi
sebaliknya, kemungkinan untung atau laba ditunda pengakuannya sampai saat
penjualan atau realisasi.
Comwil
pada
dasarnya adalah penerapan suatu prosedur akuntansi yang sudah lazim diterima. Comwil merupakan aplikasi dari
konsep-konsep yang ada dengan mengambil segi-segi “baiknya” (electic).
Comwil secara formal
diakui oleh AICPA, AAA, SEC dan FASB di Amerika, dan juga oleh profesi
akuntansi dinegara-negara lain, termasuk Indonesia. Sebagai suatu konsep, comwil ini sebenarnya tidak mempunyai tempat dalam
teori akuntansi karena hal-hal berikut :
·
Sebagai suatu metode yang konservatif, comwil mempunyai kecenderungan menekan (understate) jumlah assets. Understatement tidak
merugikan para kreditur tetapi jelas penipuan bagi pemegang saham maupun calon
investor.
·
Penilaian yang konsevatif terhadap assets
pada saat ini akan menyebabkan penilaian yang liberal pada net income di kemudian hari.
·
Meskipun perusahaan menerapkan comwil secara konsisten dari tahun ke
tahun, namun secara internal, comwil
tidaklah konsisten.
·
Comwil
juga
diterapkan baik dalam turunnya cost maupun
karena turunnya utility dari assets tersebut, misalnya karena using (obsolete).
·
Comwil
menunda pengakuan untung atau laba yang belum direalisasi. Realisasi dianggap
baru terjadi apabila ada pertukaran.
Evaluasi dari konsep-konsep penilaian
Dalam penilaian assets tidak ada konsep tunggal atau prosedur yang ideal bagi
penyajian suatu ikhtisar keadaan keuangan, bagi penentuan besarnya income, atau bagi pengujian informasi
lain yang relevan bagi para kreditur, investor atau pemakai-pemakai yang lain
Dari segi pandangan structural historical cost valuation-lah yang
paling ideal sepanjang diterapkan dalam kerangka tata buku berpasangan. Namun
konsep penilaian lain juga dapat diterapkan dalam kerangka ini.
Dari segi pandangan interpretative,
penilaian assets dimaksudkan sebagai
pengukuran resources yang ada pada
perusahaan dalam menghasilkan penerimaan kas dikemudian hari. Historical cost valuation justru
mempunyai kelemahan bagi tujuan interpretative, dan current replacement costs mengharuskan interpretasi yang lebih
baik. Net realizable value dan current cash equivalents juga
memungkinkan interpretasi apabila penilaian ini didasarkan pada harga-harga
yang berlaku dipasar. Mckeown mendemonstrasikan bahwa current cash equivalents dan current
replacements costs berbeda satu sama lain dan juga berbeda dari historical costs secara material, dan karena dari setiap konsep
ini tidak dapat dipakai sebagai pengganti (surrogate)
untuk konsep lainnya.
Dengan menggunakan investment models yang normative, tujuan
penilaian assets adalah untuk
memberikan informasi yang memungkinkan prediksi mengenai penggunaan kas di
kemudian hari untuk memperoleh resources
yang serupa bagi kelangsungan perusahaan, dan untuk tujuan prediksi mengenai
penerimaan kas di kemudian hari. Current
replacement costs yang diperoleh dari pasar-pasar yang ada, dapat
mencerminkan arus kas yang diperlukan untuk menggantikan fasilitas yang ada.
Jadi sebagai alat prediksi mengenai future
cash outflow, current input costs dan
expected future input price lebih penting daripada input values dimasa yang lalu.
Pemisahan antara fixed costs dan variable costs juga dapat membantu prediksi terhadap cash flows dimasa yang akan datang. Net realizable value dan current cash equivalents akan relevan
untuk berbagai tujuan prediksi. Tetapi apabila manfaat untuk masa mendatang
sangat tidak pasti, penilaian masukan mungkin akan dapat menjadi subtitusi yang
layak.
Konsep penilaian
|
Keadaan-keadaan dimana konsep tersebut dapat diterapkan
|
Exchange
output values
|
Apabila ada
bukti-bukti bahwa output value
tersedia sebagai petunjuk mengenai penerimaan-penerimaan kas dikemudian hari.
|
1. Discounted future
expected cash receipts atau discounted service potentials
|
Apabila penerimaan kas yang diharapkan
atau eqwivalennya diketahui atau dapat ditaksir dengan cukup teliti, dan
apabila waktu untuk menunggu arus kas relative panjang.
|
2. Current output values
|
Apabila harga
penjualan sekarang menunjukkan output
price dikemudian hari.
|
3. Current cash equivalents
|
Apabila alternative yang terbaik
adalah penjualan secara normal.
|
4. Liquidation values
|
Apabila
perusahaan tidak dapat menjual produknya melalui saluran pasar yang normal
atau apabila assets tersebut
kehilangan kegunaannya.
|
Exchange input
values
|
Apabila tidak
ada bukti-bukti yang cukup megenai tersedianya output values atau apabila output
values tidak memberikan indikasi mengenai kebutuhan kas dimasa yang akan
datang.
|
1. Historical cost
|
Sebagai ukuran daripada current input value apabila assets baru saja diperoleh.
|
2. Current input costs
|
Apabila
bukti-bukti yang verifiable
mengenai current input values dapat
diperoleh.
|
3. Discounted future costs
|
Apabila jasa-jasa kemudian (yang
harganya telah diketahui atau dapat ditaksir) dibeli dimuka sekaligus (dalam suati
gunggungan) dan bukannya dibeli secara sedikit-sedikit apabila dibutuhkan.
|
4. Standard costs
|
Apabila ini
merupakan current costs dengan
kondisi efisiensi dan pada kapasitas produksi yag normal.
|
5. Direct costing
|
Apabila assets dapat diproduksi di kemudian hari tanpa menyebabkan
kenaikan dalam total fixed costs
dimana yang akan datang, atau apabila pemakaian fasilitas tetap yang sekarang
(current fixed facilities) tidak
akan menaikkan revenue di kemudian
hari.
|
Konsep yang
eclectic :
|
|
The lower of
cost or market
|
Merupakan
konsep yang paling lemah diantara semua konsep diatas.
|
0 comments:
Post a Comment